Ratusan Gempa Susulan di Jepang Bikin Pengungsi Makin Menderita

Gempa susulan yang terus melanda Jepang hingga beberapa hari setelah dua gempa besar melanda, menambah penderitaan warga yang mengungsi. Sejauh ini total korban tewas akibat gempa di wilayah selatan Jepang bertambah menjadi 47 orang.

Petugas penyelamat melakukan pencarian korban di antara reruntuhan. Mereka menggunakan backhoe dan sekop untuk menggali puing-puing rumah yang roboh dan tersapu longsor. Jasad seorang wanita yang merupakan salah satu korban hilang, ditemukan pada Rabu (20/4). Dua gempa besar berkekuatan 6 Skala Richter (SR) dan 7 SR mengguncang wilayah Kumamoto, Pulau Kyushu pada Kamis (14/4) dan Sabtu (16/4) dengan selang waktu 27 jam.

Seperti dilansir Reuters, Rabu (20/4/2016), tercatat lebih dari 680 gempa susulan mengguncang Pulau Kyushu sejak 14 April lalu. Sekitar 89 gempa susulan di antaranya tercatat berkekuatan 4 SR atau lebih, yang cukup kuat mengguncang gedung dan rumah warga yang sudah rusak akibat gempa pertama.



"Saya pikir gempa akan berhenti, tapi ternyata terus saja terjadi dan terus. Sungguh menakutkan," ucap salah satu pengungsi di Mashiki, area terdampak gempa paling parah.

Pada Selasa (19/4) malam waktu setempat, wilayah yang sama diguncang gempa berkekuatan 5,5 SR. Ratusan warga di Kumamoto memilih mengungsi ke mobil mereka saat malam hari, takut untuk kembali ke dalam rumah mereka yang rusak akibat gempa.

Pakar medis setempat memperingatkan bahaya penggumpalan darah yang bisa berakibat fatal, ketika seseorang duduk terlalu lama dalam posisi tidak nyaman. Seorang wanita berusia 51 tahun meninggal akibat mengalami penggumpalan darah saat mengungsi, sedangkan 12 orang lainnya harus dirawat di rumah sakit akibat kondisi yang sama.

Televisi nasional NHK melaporkan, sedikitnya 11 orang tewas akibat penyakit yang diderita karena tinggal terlalu lama di kamp pengungsian.

Nyaris 100 ribu orang kini berada di kamp pengungsian, beberapa orang hanya menggunakan selimut untuk berlindung dari cuaca dingin malam hari yang mencapai 8 derajat Celcius. Pada siang hari, para pengungsi harus mengantre panjang di bawah sinar matahari demi mendapatkan makanan.

Situasi diperparah dengan turunnya hujan deras di wilayah Kumamoto pada Rabu (20/4) dan Kamis (21/4) pagi besok. Situasi ini semakin menambah kekhawatiran terjadinya longsor di area perbukitan yang rawan. Otoritas setempat mulai menaksir gedung dan rumah yang dirasa tidak aman. Kebanyakan korban tewas, memilih kembali ke rumah usai gempa dahsyat pertama terjadi.

(detik)